Pelajar yang “tidak biasa” adalah anak-anak yang memiliki
gangguan atau ketidakmampuan dan anak-anak yang tergolong berbakat.
SIAPAKAH ANAK YANG MENDERITA
KETIDAKMAMPUAN ITU?
Dahulu istilah “ketidakmampuan” (disability) dan “cacat” (handicap)
dapat dipakai bersama-sama, namun kini kedua istilah itu berbeda. Disability
adalah keterbatasan fungsi yang membatasi kemampuan seseorang. Handicap adalah
kondisi yang dinisbahkan pada seseorang yang menderita ketidakmampuan. Misalnya,
ketika anak yang menggunakan kursi roda tidak memiliki akses yang memadai untuk
ke kamar mandi, transportasi, dan sebagainya, maka ini disebut sebagai
handicapping condition. Kita akan mengelompokkan ketidakmampuan dan gangguan
sebagai berikut: gangguan organ indre (sensory), gangguan fisik, retardasi
mental, gangguan bicara dan bahasa, gangguan belajar (learning disorder),
attention deficit hyper-activitiy disorder, dan gangguan emosional dan
perilaku.
GANGGUAN INDRA
Gangguan penglihatan
Anak-anak yang menderita low vision mempunyai jarak pandang
antara 20/70 dan 20/200 apabila dibantu lensa korektif. Anak low vision dapat
membaca buku dengan huruf besar-besar atau dengan bantuan kaca pembesar. Anak
yang “buta secara edukasional” (educational blind) tidak bisa menggunakan
penglihatan mereka untuk belajar dan harus menggunakan pendengaran dan sentuhan
untuk belajar. Banyak anak buta ini punya kecerdasan normal dan berprestasi
secara akademik apabila diberi dukungan dan bantuan belajar yang tepat. Namun,
multiple disabilities sering kali membutuhkan berbagai jenis bantuan untuk
memenuhi kebutuhan pendidikan mereka.
Salah satu tugas penting untuk mengajar anak yang menderita
gangguan atau kerusakan penglihatan ini adalah menentukan modalitas (seperti
sentuhan atau pendengaran) yang dengannya murid dapat belajar dengan baik. Anak
yang lemah penglihatannya akan lebih baik disuruh duduk di bangku paling depan
di kelas. Salah satu persoalan dalam pendidikan murid yang buta adalah
rendahnya penggunaan Braille dan sedikitnya guru yang menguasai Braille dengan
baik.
Gangguan pendengaran
Anak yang tuli sejak lahir atau menderita tuli saat masih
anak-anak biasanya lemah dalam kemampuan berbicara dan bahasanya. Jika Anda
melihat murid yang menempelkan telinganya ke speaker, sering minta pengulangan
penjelasan, tidak mengikuti perintah, atau sering mengeluh sakit telinga,
dingin dan alergi, suruh mereka untuk memeriksankan diri ke ahli THT.
Pendekatan pendidikan untuk membantu anak yang punya masalah
pendengaran terdiri dari dua kategori: pendekatan oral dan pendekatan manual.
Pendekatan oral antara lain menggunakan metode membaca gerak bibir, speech
reading (menggunakan alat visual untuk mengajar membaca), dan sejenisnya.
Pendekatan manual adalah dengan bahasa isyarat dan mengeja jari (finger
spelling). Bahasa isyarat adalah sistem gerakan tangan yang melambangkan kata.
Pengejaan jari adalah “mengeja” setiap kata dengan menandai setiap huruf dari
satu kata. Pendekatan oral dan manual dipakai bersama untuk mengajar murid yang
mengalami gangguan pendengaran.
Gangguan Fisik
Gangguan Ortopedik. Gangguan ortopedik biasanya berupa
keterbatasan gerak atau kurang mampu mengontrol gerak karena ada masalah di
otot, tulang, atau sendi. Gangguan ini bisa disebabkan oleh problem prenatal
(dalam kandungan) atau perinatal (menjelang atau sesudah kelahiran), atau
karena penyakit atau kecelakaan saat anak-anak. Dengan bantuan alat adaptif
atau teknologi pengobatan, banyak anak yang menderita gangguan ortopedik bisa
berfungsi normal di kelas.
Cerebral Palsy adalah gangguan berupa lemahnya koordinasi
otot, tubuh sangat lemah dan goyah (shaking), atau bicaranya tidak jelas.
Penyebab umumnnya adalah kekurangan oksigen saat kelahiran. Komputer bisa
membantu proses belajar anak yang terkena gangguan ini. Jiak mereka bisa
melakukan koordinasi untuk keyboard, maka mereka bisa mengerjakan tugas menulis
di komputer. Pena dengan cahaya bisa digunakan sebagai pointer (penunjuk).
Banyak anak yang menderita cerebral palsy bicaranya tidak jelas. Untuk anak
seperti ini, synthesizer suara dan ucapan, papan komunikasi, serta peralatan
talking notes dan page turners dapat meningkatkan kemampuan komunikasi mereka.
Gagguan Kejang-kejang. Jenis yang paling kerap dijumpai
adalah epilepsy, gangguan saraf yang biasanya ditandai dengan serangan terhadap
sensorimotor atau kejang-kejang.
Retardasi Mental
Adalah kondisi sebelum usia 18 tahun yang ditandai dengan
rendahnya kecerdasan (biasanya nilai IQ-nya dibawah 70) dan sulit beradaptasi
dengan kehidupan sehari-hari. Penyebabnya adalah factor genetic dan kerusakan
otak. Untuk faktor genetik sendiri bentuk yang paling umum adalah Down syndrome
yang ditransmisikan secara genetic. Dengan intervensi dini dan dukungan
ekstensif dari keluarga naka dan dari kalangan professional, banyak anak dengan
sindrom Down bisa tumbuh menjadi orang dewasa yang mandiri.
Fragile X syndrome. Ciri-ciri anak penderita fragile X ini
adalah wajahnya memanjang, rahang menonjol, telinga panjang, hidung pesek, dan
koordinasi tubuh yang buruk.
Kerusakan otak. Infeksi pada ibu hamil, seperti rubella,
sipilis, herpes, dan AIDS, dapat menyebabkan retardasi pada diri anak. Faktor
lingkungan dari luar antara lain adalah benturan di kepala, malnutrisi,
keracunan, luka saat kelahiran, atau karena ibu hamil kecanduan alcohol.
Gangguan Bicara dan
Bahasa
Adalah sejumlah masalah bicara (seperti gangguan artikulasi,
gangguan suara, dan gangguan kefasihan)) dan masalah bahasa (kesulitan untuk
menerima informasi dan bahasa ekspresif.
Ketidakmampuan
Belajar
Anak yang menderita gangguan belajar punya kecerdasan normal
atau di atas normal, kesulitan dalam setidaknya satu mata pelajaran atau,
biasanya, beberapa mata pelajaran, dan tidak memiliki problem dengan gangguan
lain, seperti retardasi mental yang menyebabkan kesullitan itu. Problemnya
mencakup dalam kemampuan mendengar, berkonsentrasi, berbicara, berpikir,
memori, membaca, menulis, dan mengeja, dan/atau keterampilan sosial. Salah satu
analisis terhadap studi intervensi terhadap anak yang memiliki masalah dalam belajar ini
menemukan bahwa model kombinasi pengajaran strategi dan pengajaran langsung
akan menghasilkan efek yang paling baik. Di antara komponen pengajaran yang
paling cocok untuk anak penderita gangguan belajar adalah kelompok interaktif kecil, teknologi,
memperluas metode pengajaran guru (seperti memberikan pekerjaan rumah),
memberikan soal-soal khusus, dan memberi petunjuk.
Attention Deficit
Hyperactivity Disorder (ADHD)
Adalah ketidakmampuan di mana anak secara konsisten
menunjukkan satu atau lebih dari ciri-ciri berikut:
1. kurang perhatian
2. hiperaktif
3. impulsive
Gangguan Perilaku dan
Emosional
Adalah problem serius dan terus-menerus yang berkaitan
dengan hubungan, agresi, depresi, ketakutan yang berkaitan dengan persoalan
pribadi atau sekolah, dan juga berhubungan dengan karakteristik
sosio-emosional.
Penempatan dan Pelayanan
Anak penderita ketidakmampuan dapat ditempatkan di berbagai
setting, dan serangkaian pelayanan dapat dipakai untuk meningkatkan pendidikan
mereka. Penempatan anak dengan ketidakmampuan disusun dari tempat yang kurang
restriktif sampai ke yang paling restriktif:
1. kelas regular dengan dukungan pengajaran tambahan di
kelas regular.
2. sebagian waktu dihabiskan di ruang sumber daya.
3. penempatan full-time dalam kelas pendidikan khusus.
4. sekolah khusus.
5. instruksi rumah.
6. instruksi di rumah sakit dan institusi lain.
Pelayanan untuk anak dapat disediakan oleh guru kelas
regular, guru sumber daya, guru pendidikan khusus, konsultan kolaboratif,
professional lain, atau tim interaktif.
Anak-anak berbakat
Anak berbakat puna kecerdasan di atas rata-rata dan/atau
punya bakat unggul di beberapa bidang, seperti seni, music, atau matematika.
Dideskripsikan anak berbakat memiliki tiga karakteristik utama:
1. matang sebelum waktunya.
2. belajar menuruti kemauan sendiri.
3. semangat untuk menguasai.
Program pendidikan yang tersedia untuk anak berbakat antara
lain kelas khusus, akselerasi, pengayaan, mentor, dan program pelatihan, serta
program kerja/studi atau pelayanan masyarakat.
SUMBER:
Santrock, W. John.(2004). Psikologi Pendidikan Edisi Kedua.
Jakarta: Prenadamedia Group.
0 komentar:
Posting Komentar