Sabtu, 20 Mei 2017

Psikologi Pendidikan - Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus



Pelajar yang “tidak biasa” adalah anak-anak yang memiliki gangguan atau ketidakmampuan dan anak-anak yang tergolong berbakat.
SIAPAKAH ANAK YANG MENDERITA KETIDAKMAMPUAN ITU?
Dahulu istilah “ketidakmampuan” (disability) dan “cacat” (handicap) dapat dipakai bersama-sama, namun kini kedua istilah itu berbeda. Disability adalah keterbatasan fungsi yang membatasi kemampuan seseorang. Handicap adalah kondisi yang dinisbahkan pada seseorang yang menderita ketidakmampuan. Misalnya, ketika anak yang menggunakan kursi roda tidak memiliki akses yang memadai untuk ke kamar mandi, transportasi, dan sebagainya, maka ini disebut sebagai handicapping condition. Kita akan mengelompokkan ketidakmampuan dan gangguan sebagai berikut: gangguan organ indre (sensory), gangguan fisik, retardasi mental, gangguan bicara dan bahasa, gangguan belajar (learning disorder), attention deficit hyper-activitiy disorder, dan gangguan emosional dan perilaku.

GANGGUAN INDRA
Gangguan penglihatan
Anak-anak yang menderita low vision mempunyai jarak pandang antara 20/70 dan 20/200 apabila dibantu lensa korektif. Anak low vision dapat membaca buku dengan huruf besar-besar atau dengan bantuan kaca pembesar. Anak yang “buta secara edukasional” (educational blind) tidak bisa menggunakan penglihatan mereka untuk belajar dan harus menggunakan pendengaran dan sentuhan untuk belajar. Banyak anak buta ini punya kecerdasan normal dan berprestasi secara akademik apabila diberi dukungan dan bantuan belajar yang tepat. Namun, multiple disabilities sering kali membutuhkan berbagai jenis bantuan untuk memenuhi kebutuhan pendidikan mereka.
Salah satu tugas penting untuk mengajar anak yang menderita gangguan atau kerusakan penglihatan ini adalah menentukan modalitas (seperti sentuhan atau pendengaran) yang dengannya murid dapat belajar dengan baik. Anak yang lemah penglihatannya akan lebih baik disuruh duduk di bangku paling depan di kelas. Salah satu persoalan dalam pendidikan murid yang buta adalah rendahnya penggunaan Braille dan sedikitnya guru yang menguasai Braille dengan baik.

Gangguan pendengaran
Anak yang tuli sejak lahir atau menderita tuli saat masih anak-anak biasanya lemah dalam kemampuan berbicara dan bahasanya. Jika Anda melihat murid yang menempelkan telinganya ke speaker, sering minta pengulangan penjelasan, tidak mengikuti perintah, atau sering mengeluh sakit telinga, dingin dan alergi, suruh mereka untuk memeriksankan diri ke ahli THT.
Pendekatan pendidikan untuk membantu anak yang punya masalah pendengaran terdiri dari dua kategori: pendekatan oral dan pendekatan manual. Pendekatan oral antara lain menggunakan metode membaca gerak bibir, speech reading (menggunakan alat visual untuk mengajar membaca), dan sejenisnya. Pendekatan manual adalah dengan bahasa isyarat dan mengeja jari (finger spelling). Bahasa isyarat adalah sistem gerakan tangan yang melambangkan kata. Pengejaan jari adalah “mengeja” setiap kata dengan menandai setiap huruf dari satu kata. Pendekatan oral dan manual dipakai bersama untuk mengajar murid yang mengalami gangguan pendengaran.

Gangguan Fisik
Gangguan Ortopedik. Gangguan ortopedik biasanya berupa keterbatasan gerak atau kurang mampu mengontrol gerak karena ada masalah di otot, tulang, atau sendi. Gangguan ini bisa disebabkan oleh problem prenatal (dalam kandungan) atau perinatal (menjelang atau sesudah kelahiran), atau karena penyakit atau kecelakaan saat anak-anak. Dengan bantuan alat adaptif atau teknologi pengobatan, banyak anak yang menderita gangguan ortopedik bisa berfungsi normal di kelas.
Cerebral Palsy adalah gangguan berupa lemahnya koordinasi otot, tubuh sangat lemah dan goyah (shaking), atau bicaranya tidak jelas. Penyebab umumnnya adalah kekurangan oksigen saat kelahiran. Komputer bisa membantu proses belajar anak yang terkena gangguan ini. Jiak mereka bisa melakukan koordinasi untuk keyboard, maka mereka bisa mengerjakan tugas menulis di komputer. Pena dengan cahaya bisa digunakan sebagai pointer (penunjuk). Banyak anak yang menderita cerebral palsy bicaranya tidak jelas. Untuk anak seperti ini, synthesizer suara dan ucapan, papan komunikasi, serta peralatan talking notes dan page turners dapat meningkatkan kemampuan komunikasi mereka.
Gagguan Kejang-kejang. Jenis yang paling kerap dijumpai adalah epilepsy, gangguan saraf yang biasanya ditandai dengan serangan terhadap sensorimotor atau kejang-kejang.

Retardasi Mental
Adalah kondisi sebelum usia 18 tahun yang ditandai dengan rendahnya kecerdasan (biasanya nilai IQ-nya dibawah 70) dan sulit beradaptasi dengan kehidupan sehari-hari. Penyebabnya adalah factor genetic dan kerusakan otak. Untuk faktor genetik sendiri bentuk yang paling umum adalah Down syndrome yang ditransmisikan secara genetic. Dengan intervensi dini dan dukungan ekstensif dari keluarga naka dan dari kalangan professional, banyak anak dengan sindrom Down bisa tumbuh menjadi orang dewasa yang mandiri.
Fragile X syndrome. Ciri-ciri anak penderita fragile X ini adalah wajahnya memanjang, rahang menonjol, telinga panjang, hidung pesek, dan koordinasi tubuh yang buruk.
Kerusakan otak. Infeksi pada ibu hamil, seperti rubella, sipilis, herpes, dan AIDS, dapat menyebabkan retardasi pada diri anak. Faktor lingkungan dari luar antara lain adalah benturan di kepala, malnutrisi, keracunan, luka saat kelahiran, atau karena ibu hamil kecanduan alcohol.

Gangguan Bicara dan Bahasa
Adalah sejumlah masalah bicara (seperti gangguan artikulasi, gangguan suara, dan gangguan kefasihan)) dan masalah bahasa (kesulitan untuk menerima informasi dan bahasa ekspresif.

Ketidakmampuan Belajar
Anak yang menderita gangguan belajar punya kecerdasan normal atau di atas normal, kesulitan dalam setidaknya satu mata pelajaran atau, biasanya, beberapa mata pelajaran, dan tidak memiliki problem dengan gangguan lain, seperti retardasi mental yang menyebabkan kesullitan itu. Problemnya mencakup dalam kemampuan mendengar, berkonsentrasi, berbicara, berpikir, memori, membaca, menulis, dan mengeja, dan/atau keterampilan sosial. Salah satu analisis terhadap studi intervensi terhadap anak  yang memiliki masalah dalam belajar ini menemukan bahwa model kombinasi pengajaran strategi dan pengajaran langsung akan menghasilkan efek yang paling baik. Di antara komponen pengajaran yang paling cocok untuk anak penderita gangguan belajar  adalah kelompok interaktif kecil, teknologi, memperluas metode pengajaran guru (seperti memberikan pekerjaan rumah), memberikan soal-soal khusus, dan memberi petunjuk.

Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD)
Adalah ketidakmampuan di mana anak secara konsisten menunjukkan satu atau lebih dari ciri-ciri berikut:
1. kurang perhatian
2. hiperaktif
3. impulsive

Gangguan Perilaku dan Emosional
Adalah problem serius dan terus-menerus yang berkaitan dengan hubungan, agresi, depresi, ketakutan yang berkaitan dengan persoalan pribadi atau sekolah, dan juga berhubungan dengan karakteristik sosio-emosional.

Penempatan dan Pelayanan
Anak penderita ketidakmampuan dapat ditempatkan di berbagai setting, dan serangkaian pelayanan dapat dipakai untuk meningkatkan pendidikan mereka. Penempatan anak dengan ketidakmampuan disusun dari tempat yang kurang restriktif sampai ke yang paling restriktif:
1. kelas regular dengan dukungan pengajaran tambahan di kelas regular.
2. sebagian waktu dihabiskan di ruang sumber daya.
3. penempatan full-time dalam kelas pendidikan khusus.
4. sekolah khusus.
5. instruksi rumah.
6. instruksi di rumah sakit dan institusi lain.
Pelayanan untuk anak dapat disediakan oleh guru kelas regular, guru sumber daya, guru pendidikan khusus, konsultan kolaboratif, professional lain, atau tim interaktif.

Anak-anak berbakat
Anak berbakat puna kecerdasan di atas rata-rata dan/atau punya bakat unggul di beberapa bidang, seperti seni, music, atau matematika. Dideskripsikan anak berbakat memiliki tiga karakteristik utama:
1. matang sebelum waktunya.
2. belajar menuruti kemauan sendiri.
3. semangat untuk menguasai.
Program pendidikan yang tersedia untuk anak berbakat antara lain kelas khusus, akselerasi, pengayaan, mentor, dan program pelatihan, serta program kerja/studi atau pelayanan masyarakat.


SUMBER:
Santrock, W. John.(2004). Psikologi Pendidikan Edisi Kedua. Jakarta: Prenadamedia Group.

0 komentar:

Posting Komentar

Template by:

Free Blog Templates