Sabtu, 20 Mei 2017

Psikologi Pendidikan - Pengelolaan Kelas



Mengapa Kelas Perlu Dikelola Secara Efektif
Manajemen kelas yang efektif akan memaksimalkan kesempatan pembelajaran murid. Dalam menganalisis lingkungan kelas, Walter Doyle (1986) mendeskripsikan enam karakteristik yang merefleksikan kompleksitas dan potensi problemnya:
1. kelas adalah multidimensional. Kelas adalah setting untuk banyak aktivitas, mulai dari aktivitas akademik sampai aktivitas sosial
2. aktivitas terjadi secara simultan. Misalnya satu klaster murid mungkin mengerjakan tugas menulis, yang lainnya mendiskusikan suatu cerita bersama guru, dan murid lain mengerjakan tugas yang lainnya.
3. hal-hal terjadi secara cepat. Kejadian sering kali terjadi di kelas dan membutuhkan respons cepat.
4. kejadian sering kali tidak bisa diprekdisi. Meskipun Anda membuat rencana dengan hati-hati dan rapi, kemungkinan besar akan muncul kejadian di luar rencana.
5. hanya ada sedikit privasi. Kelas adalah tempat publik di mana murid melihat bagaimana guru mengatasi masalah, melihat kejadian tidak terduga, dan mengalami frustasi.
6. kelas punya sejarah. Murid punya kenangan tentang apa yang terjadi di kelas pada waktu dahulu.
Salah satu kunci untuk mengelola kompleksitas adalah mengelola hari-hari pertama dan minggu-minggu awal masa sekolah secara cermat dan hati-hati.

Tujuan dan Strategi Manajemen
Manajemen kelas yang efektif punya dua tujuan yaitu:
1. membantu murid menghabiskann lebih banyak waktu untuk belajar dan mengurangi waktu aktivitas yang tidak diorientasikan pada tujuan.
2. mencegah murid mengalami problem akademik dan emosional.

Mendesain Lingkungan Fisik Kelas
Prinsip Penataan Kelas
Berikut ini empat prinsip dasar yang dapat dipakai untuk menata kelas:
1. kurangi kepadatan di tempat lalu-lalang.
2. pastikan bahwa Anda dapat dengan mudah melihat semua murid.
3. materi pengajaran dan perlengkapan murid harus mudah diakses.
4. pastikan murid dapat dengan mudah melihat semua presentasi kelas.

Menciptakan Lingkungan yang Positif untuk Pembelajaran
Strategi Umum
Menggunakan Gaya Otoritatif. Berasal dari gaya parenting. Guru yang otoritatif akan punya murid yang cenderung mandiri, tidak cepat puas, mau bekerja sama dengan teman, dan menunjukkan penghargaan diri yang tinggi. Strategi manajemen kelas otoritatif akan mendorong murid untuk menjadi pemikir yang independen dan pelaku yang independen tetapi strategi ini masih menggunakan sedikit monitoring murid.
Gaya manajemen kelas yang permisif memberi banyak otonomi pada murid tapi tidak memberi banyak dukungan untuk pengembangan keahlian pembelajaran atau pengelolaan perilaku mereka. Murid di kelas permisif cenderung punya keahlian akademik yang tidak memadai dan control diri yang rendah.
Mengelola Aktivitas Kelas Secara Efektif. Berikut adalah perbedaan antara manajer kelompok kelas yang efektif dan tidak efektif. Manajer kelas yang efektif:
1. menunjukkan seberapa jauh mereka “mengikuti”
2. atasi situasi tumpang-tindih secara efektif.
3. menjaga kelancaran dan kontinuitas pelajaran.
4. libatkan murid dalam berbagai aktivitas yang menantang.

Membuat, Mengajarkan, dan Mempertahankan Aturan dan Prosedur
Agar bisa berjalan lancar, kelas perlu punya aturan dan prosedur yang jelas. Murid harus tahu secara spesifik bagaimana aturan itu. Tanpa aturan dan prosedur yang jelas, akan muncul kesalahpahaman yang bisa melahirkan kekacauan.

Mengajak Murid untuk Bekerja Sama
Bagaimana caranya agar murid mau diajak bekerja sama tanpa selalu mengandalkan hukuman untuk menjaga ketertiban? Ada tiga strategi:
1. Menjalin hubungan positif dengan murid
2. Mengajak murid untuk berbagi dan mengemban tanggung jawab
3. memberi hadiah pada perilaku yang tepat

Menjadi Komunikator yang Baik
Mengelola kelas dan memecahkan konflik secara konstruktif membutuhkan keterampilan komunikasi yang baik. Tiga aspek utama dari komunikasi adalah keterampilan berbicara, mendengar, dan komunikasi nonverbal.
1. Keterampilan Berbicara
Berbicara di Depan Kelas dan Murid. Beberapa strategi untuk berbicara secara jelas dengan kelas:
1. menggunakan tata bahasa dengan benar.
2. memilih kosakata yang gampang dipahami dan tepat bagi level grade murid.
3. menerapkan strategi untuk meningkatkan kemampuan murid dalam memahami apa yang Anda katakan.
4. berbicara dengan tempo yang tepat, tidak terlalu cepat dan tidak terlalu lambat.
5. tidak menyampaikan hal-hal yang kabur.
6. menggunakan perencanaan dan pemikiran logis sebagai dasar untuk berbicara secara jelas di kelas.

Rintangan Komunikasi Verbal yang Efektif. Rintangan untuk menjalankan komunikasi verbal yang efektif antara lain
1. kritik
2. memberi julukan dan pelabelan
3. menasehati
4. mengatur-atur
5. ceramah moral
Memberi Ceramah yang Efektif. Berikut ini beberapa pedoman untuk memberikan ceramah, yang bisa bermanfaat bagi guru dan murid:
1. jalin hubungan dengan audien.
2. kemukakan tujuan Anda.
3. sampaikan ceramah secara efektif.
4. ikuti konvensi yang tepat.
5. tata ceramah dengan rapi.
6. masukkan bukti pendukung dan kembangkan ide Anda.
7. Gunakan media secara efektif.

2. Keterampilan Mendengar
Mendengar adalah keahlian penting dalam menjalin dan menjaga hubungan. Mendengar aktif berarti memberi perhatian penuh pada pembicara, memfokuskan diri pada isi intelektual dan emosional dari pesan. Berikut ini beberapa strategi untuk mengembangkan keterampilan mendengar aktif:
1. beri perhatian cermat pada orang yang sedang berbicara.
2. parafrasa. Nyatakan apa yang baru saja orang lain katakana dengan kalimat Anda sendiri.
3. sintesiskan tema dan pola.
4. beri umpan balik atau tanggapan dengan cara yang kompeten.

3. Berkomunikasi Secara Nonverbal
Selain apa yang Anda katakan, Anda juga berkomunikasi melalui tangan Anda, tatapan mata Anda, menggerakkan mulut Anda, menyilangkan kaki Anda, atau menyentuh orang lain.

Menghadapi Perilaku Bermasalah
Pendekatan efektif yang dapat dipakai guru untuk mengatasi perilaku adalah intervensi minor atau moderat. Intervensi minor menggunakan isyarat nonverbal, mempertahankan laju aktivitas, mendekati murid, mengarahkan perilaku, memberi instruksi yang diperlukan, menyuruh murid menghentikan suatu perilaku, dan memberi pilihan kepada murid. Intervensi moderat antara lain dengan mencabut  privilese atau melarang murid melakukan aktivitas yang disenanginya, membuat perjanjian behavioral, mengisolasi atau mengeluarkan murid dari kelas, dan memberi hukuman. Strategi manajemen yang baik adalah menggunakan sumber daya pendukung. Sumber daya ini antara lain teman sebaya sebagai mediator, orang tua, kepala sekolah atau konselor, dan mencari mentor untuk murid.


SUMBER:
Santrock, W. John.(2004). Psikologi Pendidikan Edisi Kedua. Jakarta: Prenadamedia Group.

Psikologi Pendidikan - Tes dan Evaluasi



Apa Itu Tes Standar?
Tes standar atau tes yang dibakukan mengandung prosedur yang seragam untuk menentukan nilai dan administrasinya. Tes standar bisa membandingkan kemampuan murid dengan murid lain pada usia atau level yang sama, dan dalam banyak kasus perbandingan ini dilakukan di tingkat nasional.

Tujuan Tes Standar
Tes standar biasanya bertujuan untuk:
1. memberikan informasi tentang kemajuan murid.
2. mendiagnosis kekuatan dan kelemahan murid,
3. memberikan bukti untuk penempatan murid dalam program khusus.
4. memberi informasi untuk merencanakan dan meningkatakan pengajaran atau instruksi.
5. membantu administrator mengevaluasi program.
6. memberikan akuntabilitas.

Kriteria untuk Mengevaluasi Tes Standar       
Kriteria paling penting untuk mengevaluasi tes standar:
1. Norma
Untuk memahami kinerja murid individual dalam suatu tes, kinerjanya itu perlu dibandingkan dengan kinerja dari kelompok norma, yakni kelompok dari individu yang sama yang sebelumnya telah diberi ujian oleh penguji. Tes ini dikatakan didasarkan pada norma nasional apabila kelompok norma itu terdiri dari representasi murid secara nasional. Selain norma nasional, tes standar juga dapat mengandung norma kelompok spesial dan norma lokal. Norma kelompok spesial terdiri dari nilai tes untuk sub-kelompok dari sampel nasional. Norma lokal membandingkan kinerja murid dengan murid lain dari kelas yang sama, sekolah yang sama, atau distrik yang sama. Jadi, evaluasi kinerja tes murid akan berbeda-beda tergantung kepada norma kelompok yang dipakai.
2. Validitas
Validitas biasanya didefinisikan sebagai sejauh mana sebuah tes bisa mengukur apa-apa yang hendak diukur dan apakah inferensi tentang nilai tes itu akurat atau tidak. Tes standar yang valid harus mengandung validitas isi yang baik, yakni kemampuan tes untuk mencakup sampel isi yang hendak diukur. Bentuk lain dari validitas adalah validitas kriteria, yakni kemampuan tes untuk memprediksi kinerja murid saat diukur dengan penilaian atau kinerja lain. Validitas kriteria dapat bersifat concurrent dan predictive. concurrent validity adalah relasi antara nilai tes dengan kinerja masa depan murid. Predictive validity adalah relasi antara nilai tes dengan kinerja masa depan murid.
Tipe ketiga dari validitas adalah construct validity. Adalah sejauh mana ada bukti bahwa sebuah tes mengukur konstruk tertentu. Sebuah konstruk adalah cirri atau karakteristik yang tidak bisa dilihat dari seseorang, seperti intelegensi, gaya belajar, personalitas, atau kecemasan.
3. Realibilitas
Adalah sejauh mana sebuah prosedur tes bisa menghasilkan nilai yang konsisten dan dapat direproduksi. Reabilitas dapat diukur dengan berbagai cara, antara lain test-retest reliability ialah sejauh mana sebuah tes menghasilkan kinerja yang sama ketika seorang siswa diberi tes yang sama dalam dua kesempatan yang berbeda, alternate-forms reliability ialah ditentukannya reliabilitas dengan memberikan bentuk yang berbeda dari tes yang sama pada dua kesempatan yang berbeda untuk kelompok murid yang sama dan mengamati seberapa konsistenkah skornya, dan split-half reliability ialah reliabilitas yang dinilai dengan membagi item tes menjadi dua bagian, seperti item bernomor genap dan ganjil.
4. Keadilan
Tes yang adil adalah tes yang tidak bias dan tidak diskriminatif. Contoh umum dari tes yang tidak adil adalah tes yang menempatkan sekelompok murid tertentu pada posisi yang dirugikan. Untuk murid dengan ketidakmampuan, keadilan sering kali  membutuhkan adaptasi dalam pelaksanaan tes.

Membandingkan Tes Kecakapan dan Prestasi
Tes kecakapan adalah tipe tes yang didesain guna memprediksi kemampuan murid untuk mempelajari suatu keahlian atau menguasai sesuatu dengan pendidikan dan training tingkat lanjut. Sedangkan tes prestasi adalah tes yang dimaksudkan untuk mengukur apa yang telah dipelajari atau keahlian apa yang telah dikuasai murid.

Jenis-jenis Tes Prestasi Standar
1. Survey Batteries. Adalah sekelompok tes pokok persoalan individual yang didesain untuk murid level tertentu.
2. Tes untuk Subjek Spesifik. Tes yang biasanya menilai suatu keahlian secara lebih mendetail dan ekstensif ketimbang survey batteries.
3. Tes Diagnostik. Tes yang bertujuan untuk menentukan kebutuhan pembelajaran spesifik dari murid sehingga kebutuhan itu dapat dipenuhi melalui instruksi regular atau remedial.

Ujian Negara Beresiko Tinggi
Keuntungan dan Penggunaan Tes Beresiko Tinggi
1. meningkatkan kinerja murid.
2. lebih banyak waktu untuk mengajarkan pelajaran yang diujikan.
3. ekspektasi tinggi untuk semua murid
4. identifikasi sekolah, guru, dan administrator yang berkinerja payah.
5. meningkatkan rasa percaya diri di sekolah setelah nilai ujian naik.

Kritik terhadap Ujian Negara
1. menumpulkan kurikuluk dengan penekanan lebih besar pada hafalan ketimbang pada keahlian berpikir dan memecahkan masalah.
2. mengajar demi ujian.
3. diskriminasi terhadap murid dari status sosioekonomi rendah dan minoritas.

Peran Guru
Peran guru dalam ujian standar adalah mempersiapkan murid untuk mengerjakan ujian, melaksanakan ujian, memahami dan menginterpretasikan hasil ujian, dan menyampaikan hasil tes kepada orang tua. Guru juga menggunakan nilai ujian untuk membuat rencana dan meningkatkan instruksi.

Isu Utama dalam Tes Standar
1. ada perselisihan pendapat tentang manfaat tes standar versus penilaian alternative seperti penilaian kinerja dan portofolio. Jika dipakai secara benar, tes standar bermanfaat tetapi hanya memberikan sebagian dari gambaran penilaian dan punya keterbatasan. Beberapa pakar penilaian dan guru percaya bahwa ujian negara beresiko tinggi harus mencakup penilaian alternative.
2. kinerja murid Afrika-Amerika, Latino dan, suku Indian-Amerika lebih rendah ketimbang murid Kulit Putih non-Latino pada beberapa tes standar. Bias cultural adalah perhatian utama dalam tes standar ini. Beberapa pakar penilainan percaya bahwa penilaian kinerja mengandung potensi mengurangi bias dalam ujian.


SUMBER:
Santrock, W. John.(2004). Psikologi Pendidikan Edisi Kedua. Jakarta: Prenadamedia Group.

Psikologi Pendidikan - Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus



Pelajar yang “tidak biasa” adalah anak-anak yang memiliki gangguan atau ketidakmampuan dan anak-anak yang tergolong berbakat.
SIAPAKAH ANAK YANG MENDERITA KETIDAKMAMPUAN ITU?
Dahulu istilah “ketidakmampuan” (disability) dan “cacat” (handicap) dapat dipakai bersama-sama, namun kini kedua istilah itu berbeda. Disability adalah keterbatasan fungsi yang membatasi kemampuan seseorang. Handicap adalah kondisi yang dinisbahkan pada seseorang yang menderita ketidakmampuan. Misalnya, ketika anak yang menggunakan kursi roda tidak memiliki akses yang memadai untuk ke kamar mandi, transportasi, dan sebagainya, maka ini disebut sebagai handicapping condition. Kita akan mengelompokkan ketidakmampuan dan gangguan sebagai berikut: gangguan organ indre (sensory), gangguan fisik, retardasi mental, gangguan bicara dan bahasa, gangguan belajar (learning disorder), attention deficit hyper-activitiy disorder, dan gangguan emosional dan perilaku.

GANGGUAN INDRA
Gangguan penglihatan
Anak-anak yang menderita low vision mempunyai jarak pandang antara 20/70 dan 20/200 apabila dibantu lensa korektif. Anak low vision dapat membaca buku dengan huruf besar-besar atau dengan bantuan kaca pembesar. Anak yang “buta secara edukasional” (educational blind) tidak bisa menggunakan penglihatan mereka untuk belajar dan harus menggunakan pendengaran dan sentuhan untuk belajar. Banyak anak buta ini punya kecerdasan normal dan berprestasi secara akademik apabila diberi dukungan dan bantuan belajar yang tepat. Namun, multiple disabilities sering kali membutuhkan berbagai jenis bantuan untuk memenuhi kebutuhan pendidikan mereka.
Salah satu tugas penting untuk mengajar anak yang menderita gangguan atau kerusakan penglihatan ini adalah menentukan modalitas (seperti sentuhan atau pendengaran) yang dengannya murid dapat belajar dengan baik. Anak yang lemah penglihatannya akan lebih baik disuruh duduk di bangku paling depan di kelas. Salah satu persoalan dalam pendidikan murid yang buta adalah rendahnya penggunaan Braille dan sedikitnya guru yang menguasai Braille dengan baik.

Gangguan pendengaran
Anak yang tuli sejak lahir atau menderita tuli saat masih anak-anak biasanya lemah dalam kemampuan berbicara dan bahasanya. Jika Anda melihat murid yang menempelkan telinganya ke speaker, sering minta pengulangan penjelasan, tidak mengikuti perintah, atau sering mengeluh sakit telinga, dingin dan alergi, suruh mereka untuk memeriksankan diri ke ahli THT.
Pendekatan pendidikan untuk membantu anak yang punya masalah pendengaran terdiri dari dua kategori: pendekatan oral dan pendekatan manual. Pendekatan oral antara lain menggunakan metode membaca gerak bibir, speech reading (menggunakan alat visual untuk mengajar membaca), dan sejenisnya. Pendekatan manual adalah dengan bahasa isyarat dan mengeja jari (finger spelling). Bahasa isyarat adalah sistem gerakan tangan yang melambangkan kata. Pengejaan jari adalah “mengeja” setiap kata dengan menandai setiap huruf dari satu kata. Pendekatan oral dan manual dipakai bersama untuk mengajar murid yang mengalami gangguan pendengaran.

Gangguan Fisik
Gangguan Ortopedik. Gangguan ortopedik biasanya berupa keterbatasan gerak atau kurang mampu mengontrol gerak karena ada masalah di otot, tulang, atau sendi. Gangguan ini bisa disebabkan oleh problem prenatal (dalam kandungan) atau perinatal (menjelang atau sesudah kelahiran), atau karena penyakit atau kecelakaan saat anak-anak. Dengan bantuan alat adaptif atau teknologi pengobatan, banyak anak yang menderita gangguan ortopedik bisa berfungsi normal di kelas.
Cerebral Palsy adalah gangguan berupa lemahnya koordinasi otot, tubuh sangat lemah dan goyah (shaking), atau bicaranya tidak jelas. Penyebab umumnnya adalah kekurangan oksigen saat kelahiran. Komputer bisa membantu proses belajar anak yang terkena gangguan ini. Jiak mereka bisa melakukan koordinasi untuk keyboard, maka mereka bisa mengerjakan tugas menulis di komputer. Pena dengan cahaya bisa digunakan sebagai pointer (penunjuk). Banyak anak yang menderita cerebral palsy bicaranya tidak jelas. Untuk anak seperti ini, synthesizer suara dan ucapan, papan komunikasi, serta peralatan talking notes dan page turners dapat meningkatkan kemampuan komunikasi mereka.
Gagguan Kejang-kejang. Jenis yang paling kerap dijumpai adalah epilepsy, gangguan saraf yang biasanya ditandai dengan serangan terhadap sensorimotor atau kejang-kejang.

Retardasi Mental
Adalah kondisi sebelum usia 18 tahun yang ditandai dengan rendahnya kecerdasan (biasanya nilai IQ-nya dibawah 70) dan sulit beradaptasi dengan kehidupan sehari-hari. Penyebabnya adalah factor genetic dan kerusakan otak. Untuk faktor genetik sendiri bentuk yang paling umum adalah Down syndrome yang ditransmisikan secara genetic. Dengan intervensi dini dan dukungan ekstensif dari keluarga naka dan dari kalangan professional, banyak anak dengan sindrom Down bisa tumbuh menjadi orang dewasa yang mandiri.
Fragile X syndrome. Ciri-ciri anak penderita fragile X ini adalah wajahnya memanjang, rahang menonjol, telinga panjang, hidung pesek, dan koordinasi tubuh yang buruk.
Kerusakan otak. Infeksi pada ibu hamil, seperti rubella, sipilis, herpes, dan AIDS, dapat menyebabkan retardasi pada diri anak. Faktor lingkungan dari luar antara lain adalah benturan di kepala, malnutrisi, keracunan, luka saat kelahiran, atau karena ibu hamil kecanduan alcohol.

Gangguan Bicara dan Bahasa
Adalah sejumlah masalah bicara (seperti gangguan artikulasi, gangguan suara, dan gangguan kefasihan)) dan masalah bahasa (kesulitan untuk menerima informasi dan bahasa ekspresif.

Ketidakmampuan Belajar
Anak yang menderita gangguan belajar punya kecerdasan normal atau di atas normal, kesulitan dalam setidaknya satu mata pelajaran atau, biasanya, beberapa mata pelajaran, dan tidak memiliki problem dengan gangguan lain, seperti retardasi mental yang menyebabkan kesullitan itu. Problemnya mencakup dalam kemampuan mendengar, berkonsentrasi, berbicara, berpikir, memori, membaca, menulis, dan mengeja, dan/atau keterampilan sosial. Salah satu analisis terhadap studi intervensi terhadap anak  yang memiliki masalah dalam belajar ini menemukan bahwa model kombinasi pengajaran strategi dan pengajaran langsung akan menghasilkan efek yang paling baik. Di antara komponen pengajaran yang paling cocok untuk anak penderita gangguan belajar  adalah kelompok interaktif kecil, teknologi, memperluas metode pengajaran guru (seperti memberikan pekerjaan rumah), memberikan soal-soal khusus, dan memberi petunjuk.

Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD)
Adalah ketidakmampuan di mana anak secara konsisten menunjukkan satu atau lebih dari ciri-ciri berikut:
1. kurang perhatian
2. hiperaktif
3. impulsive

Gangguan Perilaku dan Emosional
Adalah problem serius dan terus-menerus yang berkaitan dengan hubungan, agresi, depresi, ketakutan yang berkaitan dengan persoalan pribadi atau sekolah, dan juga berhubungan dengan karakteristik sosio-emosional.

Penempatan dan Pelayanan
Anak penderita ketidakmampuan dapat ditempatkan di berbagai setting, dan serangkaian pelayanan dapat dipakai untuk meningkatkan pendidikan mereka. Penempatan anak dengan ketidakmampuan disusun dari tempat yang kurang restriktif sampai ke yang paling restriktif:
1. kelas regular dengan dukungan pengajaran tambahan di kelas regular.
2. sebagian waktu dihabiskan di ruang sumber daya.
3. penempatan full-time dalam kelas pendidikan khusus.
4. sekolah khusus.
5. instruksi rumah.
6. instruksi di rumah sakit dan institusi lain.
Pelayanan untuk anak dapat disediakan oleh guru kelas regular, guru sumber daya, guru pendidikan khusus, konsultan kolaboratif, professional lain, atau tim interaktif.

Anak-anak berbakat
Anak berbakat puna kecerdasan di atas rata-rata dan/atau punya bakat unggul di beberapa bidang, seperti seni, music, atau matematika. Dideskripsikan anak berbakat memiliki tiga karakteristik utama:
1. matang sebelum waktunya.
2. belajar menuruti kemauan sendiri.
3. semangat untuk menguasai.
Program pendidikan yang tersedia untuk anak berbakat antara lain kelas khusus, akselerasi, pengayaan, mentor, dan program pelatihan, serta program kerja/studi atau pelayanan masyarakat.


SUMBER:
Santrock, W. John.(2004). Psikologi Pendidikan Edisi Kedua. Jakarta: Prenadamedia Group.

Minggu, 09 April 2017

Testimoni 1 Mata Kuliah Psikologi Pendidikan

Assalamualaikum wr.wb. Saya mau share nih pengalaman saya selama berada di Mata Kuliah Psikologi Pendidikan, Mata kuliah ini adalah salah satu mata kuliah yang saya tunggu-tunggu hehehe.. kenapa? karena saya sebenarnya sangat ingin jadi guru, dosen, atau pengajar. Saya ingin tau bagaimana seluk-beluk siswa itu , bagaimana cara melatih mereka, apa yang dibutuhkan oleh mereka, apa yang dibutuhkan oleh guru atau pengajar, bagaimana cara mengelolanya, dan masih banyak lagi, dan alhamdulillah setelah saya memasuki mata kuliah ini hingga kurang lebih tiga bulan ini, senangnya luar biasa dan beberapa pertanyaan yang membuat saya penasaan akhirnya terjawab. Ditambah lagi dengan tugas observasi ke sekolah-sekolah, meskipun katanya "tugas" identik dengan anggapan bahwa itu beban tapi saya tidak merasakannya. Buku yang menjadi bahan utama proses pembelajaran-pun sangat bagus isinya dan mudah dipahami. Pengajaran dari dosen pengampu sangat membantu saya dalam memahami materinya sehingga ilmu nya lebih dapat, dan juga tugas kelompok maupun individu yang diberikan oleh dosen pengampu melatih kami dalam berkomunikasi dengan kelompok, bekerjasama dalam menyelesaikan masalah, belajar lebih mandiri, dan belajar tanggung jawab serta belajar untuk menjadi orang yang tepat waktu serta konsisten. Sayangnya untuk semester ini hanya 2 sks dulu, harapannya sih lebih hehehe :D Terimakasih saya ucapkan kepada dosen pengampu yang dengan sabar membimbing kami untuk memahami materi dan menambah ilmu kami, semoga Allah SWT membalas semua kebaikan ibu-ibu pengajar dengan pahala yang berlimpah. Aamiin. Saya tunggu selanjutnya setelah ujian tengah semester. Terimakasih ❤

Selasa, 04 April 2017

Laporan Observasi Kelompok 6 Psikologi Pendidikan



Topik : Pembelajaran Observasional pada Usia Remaja
Judul : Pembelajaran Observasional pada Siswa SMP Muhammadiyah 57


BAB 1
PERENCANAAN

1.1 PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan hal yang paling terpenting dalam kehidupan seseorang. Pendidikan merupakan proses kehidupan dalam mengembangkan diri tiap individu untukdapat hidup dan melangsungkan kehidupan. Sehingga menjadi orang yang terdidik itu penting.Bukan tidak ada alasan pemerintah memberlakukan aturan wajib 12 tahun. Dengan waktu 12 tahun, diharapkan individu akan mampu melatih kemampuan mereka dan siap untuk bekerja. Masa remaja awal atau masa ketika sekolah menengah pertama merupakan masa-masa transisi antara anak akhir ke tahap yang lebih tinggi yaitu masa remaja.
Belajar adalah perubahan perilaku yang relatif permanen dan diperoleh dari pengalaman.Walaupun zaman semakin canggih namun masih banyak sekolah-sekolah di Indonesia khususnya Medan yang masih menerapkan pembelajaran dengan teori atau hanya berfokus pada buku.Pembelajaran seperti ini, dapat menimbulkan kejenuhan atau kebosana pada remaja.Oleh karna itu, remaja membutuhkan pembelajaran yang dapat menarik atensi atau perhatian mereka sehingga dapat menumbuhkan motivasi untuk belajar.Pembelajaran tersebut adalah pembelajaran observasional. Pembelajaran observasional atau observational learning adalah pembelajaran dengan cara melihat perilaku orang lain atau modeling.

1.2 LANDASAN TEORI
1.2.1 Sejarah dan Tokoh
Albert Bandura tumbuh di Alberta Utara, Kanada, adalah salah satu tokoh utama teori kognitif sosial. Setelah mendapatkanPh.D.-nya dari lowa pada 1952, Bandura masuk Stanford University, dimana dia menghabiskan seluruh karier akademisnya di sana. Di Stanford, Bandura mulai meneliti proses interaktif dalam psikoterapi; dan juga meneliti pola keluarga yang menimbulkan keagresifan pada diri anak-anak. Studi pada penyebab agresi keluarga, dilakukan dengan kerja sama dengan Richard Walters –mahasiswanya –mengidentifikasikan peran utama modeling (belajar melalui pengamatan terhadap orang lain). Temuan ini dan penelitian laboraturium lanjutan terhadap pemrosesan modeling dituangkan dalam buku Adolescent Aggression (Bandura & Walters, 1959) dan Social Learning and Personality Development (Bandura & Walters, 1963). Dalam sebuah eksperimen yang dilakukan Bandura (1965) yaitu studi Boneka Bobo Klasik mengilustrasikan bagaimana pembelajaran dapat dilakukan hanya dengan mengamati model yang bukan sebagai penguat atau penghukum. Poin penting dari studi ini adalah bahwa pembelajaran observasional terjadi sama ekstensifnya baik ketika perilaku agresif diperkuat maupun tidak diperkuat. Pembelajaran observasional Bandura ini merupakan bukti dimensi kehidupan yang tidak dapat dihindari. Anak bisa belajar bahasa dengan mengobservasi orang tua, guru,teman, dan orang lain berbicara. Dalam menempuh pendidikan formal, pembelajaran observasional merupakan salah satu cara yang baik bagi siswa agar mereka lebih mudah mempelajari sesuatu dengan mengamati model yaitu guru.

1.2.2 Remaja
Remaja (adolescence) adalah transisi dari masa anak-anak ke usia dewasa. Periode ini dimulai sekitar usia sepuluh tahun atau dua belas tahun sampai ke usia delapan belas atau dua puluh tahun.
Ciri-Ciri Perkembangan Remaja
Perkembangan remaja terlihat pada ciri-ciri sebagai berikut :
Perkembangan Biologis
Perubahan fisik pada pubertas merupakan hasil aktifitas hormonal dibawah pengaruh sistem saraf pusat. Perubahan fisik yang sangat jelas tampak pada pertumbuhan peningkatan fisik dan pada penampakan serta perkembangan karakteristik seks sekunder.
Perkembangan Emosional
Remaja mulai sering marah-marah atau berperilaku kasar, bersikap egois, suka memberontak, dan ingin selalu diperhatikan.
Perkembangan Kognitif
Remaja mulai berfikir abstrak dan remaja juga memerhatikan terhadap kemungkinan yang akan terjadi.
Perkembangan Spiritual
Remaja mampu memahami konsep abstrak dan menginterpretasikan analogi serta simbol-simbol. Mereka mampu berempati, berfilosofi dan berfikir secara logis.
Perkembangan Sosial
Remaja harus membebaskan diri mereka dari dominasi keluarga dan menetapkan sebuah identitas yang mandiri dari kewenangan keluarga. Masa remaja adalah masa dengan kemampuan bersosialisasi yang kuat terhadap teman dekat dan teman sebaya.

1.2.3 Pendidikan Remaja
Masa remaja (adolescence) adalah periode transisi manusia dari masa kanak-kanak (childhood) ke masa dewasa (adulthood).Adolescence merupakan masa remaja awal berusia 11-14 tahun.Usia ini biasanya remaja sedang mengenyam pendidikan di Sekolah Menengah Pertama (SMP). Remaja yang baru duduk di bangku SMP harus menyesuaikan diri dalam pembelajaran dan lingkungannya karena ini sangat berbeda saat masih duduk di bangku Sekolah Dasar (SD).Dalam hal ini peran orang tua dan sekolah sangat berpengaruh dalam tumbuh kembang anak dalam berpikir dan berperilaku.
Sekolah adalah pengalaman pengorganisasian sentral dalam kebanyakan remaja. Sekolah menawarkan kesempatan kepada remaja untuk belajar informasi, menguasai keterampilan baru, dan mempertajam yang lama; untuk berpartisipasi dalam olahraga, seni, kegiatan lainnya; untuk mengeksplorasi pilihan kejuruan; dan untuk memperluas cakrawala intelektual dan sosial.
Dalam observasi yang kami lakukan di SMP Muhammadiyah 57 Medan, sekolah ini sangat memperhatikan tumbuh kembang murid dalam belajar.Murid merupakan prioritas utama bagi mereka yang harus dididik secara langsung.Sekolah ini mempraktikkan sistem pembelajaran observasional agar anak cepat mudah memahami pelajaran.Sebaliknya, pelajaran yang menggunakan teori sedikit. Strategi pembelajaran observasional ini guru yang mempraktikkan langsung kepada murid dan murid mencontohkan apa yang dipraktikan guru.

1.2.4 Pembelajaran Observasional
Teoretikus sosial kognitif menggunakan berbagai prinsip teoretis ini untuk memahami dua aktivitas psikologis utama, atau yang akan disebut di sini sebagai dua fungsi psikologis: (1) menguasai pengetahuan dan keterampilan baru, khususnya melalui proses belajar observasional, dan (2) menggunakan kontrol, atau regulasi diri, terhadap tindakan dan pengalaman emosional sendiri. Teori sosial kognitif menjelaskan bahwa orang dapat belajar dengan hanya mengobservasi perilaku orang lain.
Pembelajaran observasional juga dinamakan imitasi atau modeling, adalah pembelajaran yang dilakukan ketika seseorang mengamati dan meniru perilaku orang lain. Orang yang diamati disebut model.Modeling mengandung penguasaan informasi melalui observasi orang lain, tanpa secara langsung menyatakan pengamatan tersebut menginternalisasi seluruh gaya tindakan yang dihadirkan oleh individu lain. Kapasitas untuk mempelajari pola perilaku dengan observasi dapat mengeliminasi pembelajaran trial and error yang disebut shapingatau successive approximation (aproksimal berurutan)yang membosankan.
Kemampuan kognitif memungkinkan orang untuk belajar bentuk perilaku kompleks hanya dengan mengamati model yang melakukan perilaku ini.Sebagaimana yang dipaparkan oleh Bandura (1956), orang-orang dapat membentuk representasi mental internal dari perilaku yang telah mereka observasi, dan kemudian dapat menggunakan representasi mental tersebut pada waktu mendatang.Belajar melalui pemodelan merupakan bukti dimensi kehidupan yang tidak dapat dihindari. Orang-orang belajar tipe perilaku apa yang dapat diterima dan tidak dapat diterima dalam setting sosial yang berbeda dengan mengobservasi perilaku orang lain.
Dalam sebuah eksperimen yang dilakukan Bandura (1965) mengilustrasikan bagaimana pembelajaran dapat dilakukan hanya dengan mengamati model yang bukan sebagai penguat atau penghukum.Eksperimen ini juga mengilustrasikan perbedaan antara pembelajaran dan kinerja (performance).
Poin penting dalam studi ini adalah bahwa pembelajaran observasional terjadi sama ekstensifnya baik itu ketika perilaku agresif diperkuat maupun tidak diperkuat. Poin penting kedua dalam studi ini difokuskan pada perbedaan antara pembelajaran dan kinerja.Karena murid tidak melakukan respons bukan berarti mereka tidak mempelajarinya.Bandura percaya bahwa ketika murid mengamati perilaku tetapi tidak memberi respons yang dapat diamati, murid itu mungkin masih mendapatkan respons model dalam bentuk kognitif.

1.2.4.1 Model Pembelajaran Observasional Kontemporer Bandura
Sejak eksperimen awalnya, Bandura (1986) memfokuskan pada proses spesifik yang terlibat dalam pembelajaran observasional. Proses itu adalah: atensi (perhatian), retensi, produksi, dan motivasi.
Atensi. Sebelum murid dapat meniru tindakan model, mereka harus memerhatikan apa yang dilakukan atau dikatakan si model. Murid lebih mungkin memerhatikan model berstatus tinggi daripada model berstatus rendah. Dalam kebanyakan kasus, guru adalah model berstatus tinggi di mata murid.
Retensi. Untuk mereproduksi tindakan model, murid harus mengodekan informasi dan menyimpannya dalam ingatan (memori) sehingga informasi itu bisa diambil kembali. Deskripsi verbal sederhana atau gambar yang menarik dan hidup dari apa yang dilakukan model akan bisa membantu daya retensi murid. Retensi murid akan meningkat jika guru memberikan demonstrasi atau contoh yang hidup dan jelas.
ProduksiMurid mungkin memerhatikan model dan mengingat apa yang mereka lihat, tetapi karena keterbatasan dalam kemampuan geraknya, mereka tidak bisa mereproduksi perilaku model. Berlajar, berlatih, dan berusaha dapat membantu murid untuk meningkatkan kinerja motor mereka.
Motivasi.   Sering kali murid memerhatikan apa yang dikatakan atau dilakukan model, menyimpan informasi dalam memori, dan memiliki kemampuan gerak untuk meniru tindakan model, namun tidak termotivasi untuk melakukannya. Biasanya jika diberi insentif atau penguat, mereka melakukan apa yang dilakukan model.
Bandura percaya bahwa penguatan tidak selalu dibutuhkan agar pembelajaran observasional terjadi. Tetapi jika murid tidak meniru atau mereproduksi perilaku yang diinginkan, ada tiga jenis penguat yang dapat menolong: (1) memberi imbalan pada model, (2) memberi imbalan pada murid, dan (3) memerintahkan anak untuk membuat pernyataan untuk memperkuat diri.

1.2.5 Teaching Strategies: Menggunakan Pembelajaran Observasional Secara Efektif
·        
       Pikirkan tentang model tipe apa yang akan guru hadirkan untuk murid
Setiap hari, jam demi jam, murid akan melihat dan mendengar apa yang guru katakan dan lakukan. Murid akan menyerap banyak informasi dari guru, seperti kebiasaan baik dan buruk guru, dan aspek lainnya terkait perilaku guru tersebut.
·        Tunjukkan dan ajari perilaku baru
Guru sebagai demonstrasi yang menjadi contoh untuk pembelajaran observasional. Mendemonstrasikan bagaimana melakukan sesuatu adalah perilaku guru yang umum dijumpai di kelas. Saat mendemonstrasikan cara melakukan sesuatu, guru perlu menarik perhatian murid pada detail pembelajaran yang relevan. Demonstrasi guru juga harus jelas dan mengikuti urutan logika. Pembelajaran observasional dapat efektif terutama untuk mengajar perilaku baru (Schunk, 1996).
·        Pikirkan cara menggunakan teman sebaya sebagai model yang efektif
Guru bukan satu-satunya model di kelas. Murid bisa saja mengikuti kebiasaan baik dan buruk yang dilakukan teman-temannya melalui pembelajaran observasional. Ingat bahwa murid sering kali termotivasi untuk meniru model berstatus tinggi. Sebaiknya diberi model seorang murid berprestasi rendah yang berjuang dengan susah payah sampai bisa menguasai suatu perilaku (Schunk, 1996).
·        Pikirkan cara agar mentor dapat digunakan sebagai model
Murid dan guru memperoleh manfaat jika punya mentor yang berfungsi sebagai model kompeten dan bersedia membantu mereka mencapai tujuan. Sebagai guru, mentor bagi guru sendiri adalah guru yang lebih berpengalaman yang sudah lama mengajar dan punya pengalaman bertahun-tahun dalam menghadapi problem dan isu yang akan harus ditanggapi.
·        Cari tamu kelas yang akan memberikan model yang baik bagi murid
Untuk mengubah kehidupan kelas, undang tamu yang punya sesuatu yang berharga untuk dibicarakan atau ditunjukkan. Jika guru tak punya keahlian yang bisa membuatnya menjadi model untuk murid, luangkan waktu untuk mencari model yang kompeten dalam keahliannya atau melakukan perjalanan dengan membawa murid untuk melihat para ahli menunjukkan keahliannya.
·      Pertimbangkan model yang dilihat anak di televisi, video, dan komputer
Murid mengamati model saat mereka menonton acara televisi, video, film, atau layar komputer di kelas. Individu yang diamati dalam proses belajar observasional tidak harus seseorang yang secara fisik hadir. Dalam masyarakat kontemporer, banyak modelling  yang terjadi melalui media. Prinsip pembelajaran observasional berlaku untuk media ini. Hal ini memengaruhi sejauh mana pembelajaran observasional mereka.

1.3 ALAT DAN BAHAN
-Kamera
-Notes
-Pulpen
-Handphone

1.4  ANALISIS DATA
Data diperoleh langsung di lembaga pendidikan sekolah yang telah di tentukan. Data yang diperoleh akan diolah sesuai dengan teori pembelajaran observasional. Metode yang kami gunakan untuk memperoleh data  sebagai berikut :
·        Observasi
Kami mengambil data dengan mengobservasi secara langsung kegiatan pada siswa kelas 7A dan 7 B SMP Muhammadiyah 57 mulai dari masuk sekolah hingga pulang sekolah dan kami berfokus pada kegiatan siswa ketika sedang melakukan praktek di lapangan sekolah.
·        Wawancara
Kami juga sempat melakukan wawancara dengan sepuluh siswa 7 A dan 7 B SMP Muhammadiyah 57. Pertanyaan-pertanyaan yang kami ajukan adalah pertanyaan seputar tentang tingkat pemahaman belajar mereka dengan cara melihat guru mempraktekan materi pembelajaran atau belajar sendiri dengan membaca buku.

1.5 SAMPEL PENELITIAN DAN LOKASI PENGAMBILAN DATA
Sampel : Siswa kelas 7A dan 7 B SMP Muhamadiyyah 57
Tempat : SMP Muhamadiyyah 57 Jl.Mustofa No.1, Glugur Darat I, Medan Timur, Kota Medan, Sumatera Utara.


BAB 2
PELAKSANAAN

2.1 SISTEMATIS PELAKSANAAN PENELITIAN
Sekolah yang menjadi tempat pengambilan data kami adalah SMP Muhammadiyah 57 yang bertempat di Jl. Mustofa No.1, Glugur Darat I, Medan Tim, Medan. Berikut adalah susunan pelaksanaan kegiatan kami:
No.
Kegiatan
Tanggal
1.
Permohonan surat izin dari fakultas
15 Maret 2017
2.
Diskusi pemilihan topik dan judul
17 Maret 2017
3.
Diskusi perencanaan kegiatan
17 Maret 2017
4.
Meminta izin dan memperoleh izin dari SMP Muhammadiyah 57
18 Maret 2017
5.
Observasi
18 Maret 2017
6.
Pengolahan data
23 Maret 2017
7.
Diskusi kelompok
27 Maret 2017
8.
Pembuatan poster
30 Maret 2017
9.
Posting blog
04 April 2017


BAB 3
LAPORAN DAN EVALUASI DATA

3.1 LAPORAN
3.1.1 Sistematis Observasi
Kegiatan observasi kami lakukan pada hari Sabtu, 18 Maret 2017. Dengan sampel yang kami pilih adalah kelas 7 A dan kelas 7 B. SMP MUHAMMADIYAH 57 masuk pada pukul 07.15 WIB. Anak-anak sudah melakukan aktifitas seperti biasa yaitu berdoa dan mengaji terlebih dahulu sebelum memulai pembelajaran.
Kelas yang kami observasi adalah kelas 7 A. Pada pukul 08.00 WIB anak-anak sudah memulai pembelajaran yang diberikan oleh guru. Pada jam pelajaran pertama siswa kelas 7 A belajar sholat yang disimulasikan langsung oleh guru didepan siswa-siswanya dan guru memilih 2 siswa laki-laki secara acak untuk mengikuti gerakan yang dia contohkan. Dan terlihat bahwa rata-rata siswa kelas 7 A memperhatikan apa yang sedang diperagarakan oleh gurunya. Kami mewawancarai 10 dari mereka mengenai pembelajaran observasional, dan kesimpulannya mereka lebih menyukainya dan lebih mudah untuk dipelajari.


Dikelas 7 B, kegiatan pembelajarandilakukan dengan belajar individual dimana guru hanya memantau kegiatan siswanya. Dan terlihat siswa ada siswa yang belajar dengan serius dan ada siswa yang melakukan kegiatan selain belajar.




Lalu kami memakai waktu mereka untuk beberapa menit untuk bertanya apakah pembelajaran observasional lebih memudahkan mereka dalam memahami pelajaran, dan kami bertanya lebih khusus kepada 10 orang siswa dari kelas tersebut. Dan mereka mengatakan pembelajaran secara observasional lebih menyenangkan karena siswa lebih mendapat arahan tentang pelajaran tersebut dan pembelajaran diluar kelas bagi mereka lebih menyenangkan karena mereka lebih bebas dari duduk yang membosankan didalam kelas.


Karena kegiatan observasi yang kami lakukan bertepatan pada hari sabtu, waktu pembelajaran lebih singkat yaitu hanya sampai pukul 10.00 WIB. Untuk hari Senin-Jumat pembelajaran dimulai pada pukul 07.15 WIB hingga pukul 16.00 WIB.
Pada tiap tingkat (kelas 7, kelas 8, kelas 9) memiliki kapasitas siswa di kelas yang berbeda-beda.Pada kelas 7 terdapat dua kelas yang berkapasitas 36 & 37 siswa ditiap kelas.Pada kelas 8 terdapat dua kelas yang berkapasitas 46 & 47 siswa ditiap kelas.Dan pada kelas 9 terdapat tiga kelas yang berkapasitas 43, 34 dan 20 siswa ditiap kelas.
Di SMP Muhammadiyah 57 salah satu sistem pembelajaran menerapkan pentingnya pembelajaran observasional kepada siswa-siswanya.Sekolah yang berjumlah 262 siswa ini memiliki sistem pembelajaran yang unik karena siswa tidak pernah diberi PR (pekerjaan rumah). Guru akan berperan begitu baik dalam menyampaikan pembelajaran dan siswa akan menggunakan waktu belajar dengan serius ketika disekolah dan dapat beristirahat ketika waktu pulang.

3.2 EVALUASI DATA
Kepala sekolah SMP Muhammadiyah 57 jugamenerapkan  pembelajaran observasional agar membantu siswa-nya lebih mudah dalam memahami pelajaran yang dilihat langsung bagaimana praktik yang dilakukan oleh guru daripada membaca teori yang sulit dipahami apabila tidak dilihat secara langsung bagaimana mekanismenya. Menurut kelompok kami SMP Muhammadiyah menekankan pentingnya pembelajaran observasional dalam meningkatkan sistem pembelajaran siswa-siswanya.Karena dengan kemampuan kognitif yang mereka miliki memungkinkan mereka untuk mempelajari sesuatu dengan mengamati model yaitu guru. Dari hasil wawancara kami dengan 10 siswa kelas 7A SMP Muhammadiyah 57, 10 dari mereka lebih menyukai dan mudah memahami materi dengan pembelajaran observasional daripada pembelajaran dengan membaca buku dikelas, dan juga 10 siswa dari Kelas 7 B lebih menyukai pembelajaran observasional daripada harus terpaku pada pembelajaran individual. Seperti yang kami observasi pada saat itu, kelas 7A sedang belajar tentang bagaimana gerakan-gerakan dari sholat yang benar. Dengan mengamati model bagaimana gerakan sholat yang benar mereka jadi lebih paham bagaimana bentuk dari setiap gerakannya daripada membaca buku yang memberikan kalimat-kalimat yang susah mereka bayangkan bagaimana maksud dari kalimat dalam buku tersebut. Dengan melihat model yaitu guru mereka dapat mempraktikan gerakan sholat yang benar tersebut dalam sholat mereka daripada membaca buku yang mungkin membuat persepsi mereka berbeda dengan yang dimaksud oleh buku mengenai gerakan sholat yang benar. Seperti yang telah dibahas pada bab 2, Bandura memfokuskan pada proses spesifik yang terlibat dalam pembelajaran observasional tetapi, yang akan kami sesusikan dengan siswa kelas 7 A dan 7 B adalah hanya 3 proses. Proses itu adalah :
·        Atensi : Sebelum siswa SMP Muhammadiyah dapat meniru model, mereka harus memperhatikan apa yang dilakukan dan dikatakan si model yaitu guru. Guru akan memberikan penjelasan dan praktik dari gerakan sholat yang benar sehingga murid harus memiliki atensi terhadap guru agar mereka memahami apa yang sedang diajarkan oleh guru. Murid lebih mungkin memperhatikan model berstatus tinggi ketimbang berstatus rendah. Guru adalah model berstatus tinggi di mata siswa-siswa SMP Muhammadiyah 57.
·    Retensi : Untuk mereproduksi tindakan model, murid harus mengodekan informasi dan menyimpannya dalam ingatan (memori) sehingga informasi itu bisa diambil kembali. Deskripsi verbal sederhana atau gambar yang menarik dan hidup dari apa yang dilakukan model akan bisa membantu daya retensi murid. Retensi siswa akan meningkat jika guru memberikan demonstrasi atau contoh yang hidup dan jelas. Guru kelas 7A memberikan contoh langsung kepada siswa-siswa SMP Muhammadiyah 57 sehingga retensi pada mereka meningkat.
·       Motivasi : Sering kali anak memperhatikan apa yang dikatakan atau dilakukan model, menyimpan informasi dalam memori, dan memiliki kemampuan gerak untuk meniru tindakan model, namun tidak termotivasi melakukannya. Guru kelas 7A yang memberikan contoh mengatakan “kalian harus memperhatikan saya dengan baik bagaimana gerakan-gerakan sholat yang benar. Nanti ketika saya sudah selesai memberikan contoh langsung bagaimana gerakan-gerakan sholat yang benar itu, bagi kalian yang dapat mempraktikan ulang gerakan yang sudah saya ajarkan, maka kalian boleh beristirahat duluan sehingga kalian memiliki waktu istirahat sebelum pelajaran selanjutnya dimulai. Semakin cepat kalian maju kedepan untuk mempraktikannya semakin banyak waktu istirahat yang kalian miliki”. Ketika guru memberikan insentif atau penguat (diperbolehkan istirahat duluan apabila bisa mempraktikan ulang gerakan sholat yang di contoh-kan oleh guru), mereka lebih termotivasi untuk melakukan apa yang dilakukan model.

3.3 TESTIMONI

Rossy A Dalimunthe (161301176)
Kegiatan observasi ke sekolah ini adalah tugas observasi pertama saya dari mata kuliah psikologi pendidikan.Sehingga saya sangat semangat untuk melaksanakannya. Saya senang dengan kegiatan ini karena dapat lebih meluaskan wawasan saya dan membuat saya lebih bisa berkomunikasi dengan orang lain, dan mengamati tingkah laku murid-murid di dalam kelas. Menurut saya, observasi dilakukan dengan baik karena murid-murid antusias dengan kedatangan kami dan adanya kerjasama yang baik antara pihak sekolah dengan kegiatan kami.

Hanan (161301187)
Saya begitu senang karena dapat melakukan observasi ke sekolah seperti ini, karena ini pengalaman baru yang saya dapat.bahagia rasanya melihat kecerian siswa siswi yang menyambut kami dengan hangat. kegiatan seperti ini akan menambah wawasan kami lebih sempurna.

Ayu Putri Nurjannah (161301190)
Kegiatan observasi ini merupakan tugas pertama yg diberikan dosen kepada saya.Saya sangat senang mengobservasi langsung ke sekolah.Saya jadi tau tentang sistem sekolah yg sangat memprioritaskan murid.Kegiatan ini sangat berpengaruh positif terhadap saya.Saya jadi lebih berani dan mendapatkan informasi yg selama ini tidak saya ketahui.Saya berharap di kemudian hari semoga tugas observasi yang diberikan lebih khusus tidak hanya mengamati dan mewawancarai.

Dinda Diana Yumna (161301191)
Ini merupakan kegiatan observasi pertama saya. Pengalaman pertama ini sangat menyenangkan bagi saya dan Alhamdulillah proses dari pengurusan surat, izin ke sekolah, diskusi kelompok semuanya berjalan lancar. Dengan materi yang diberikan diperkuliahan dan dapat menerapkannya langsung pada kegiatan observasi ini membuat saya jadi lebih bersemangat belajar.

Desri Rahmadiani (161301208)
Ini adalah pertama kalinya saya melaksanakan tugas observasi ke sekolah. Pihak sekolah yang kami kunjungi untuk observasi sangat terbuka menerima kami sehingga proses yang kami lalui tidak cukup sulit. Dari mulai persiapan surat dan izin observasi, kami tidak menghadapi kendala. Begitu juga dari pihak sekolah yang terlihat jelas  keramahannya. Melalui tugas ini, kami belajar untuk pintar mengamati dan mengobservasi, serta menambah wawasan dan pengalaman bagi saya.

Fazira Aprilia (161301224)
Tugas observasi dari mata kuliah pendidikan ini membuat pengetahuan dan pengalaman saya tentang observasi dalam dunia psikologi yang sesungguhnya. Bagaimana seharusnya kita bertindak sebagai peneliti sungguhan dan bagaimana cara kita untuk bertindak dengan pengurus sekolah agar dapat izin untuk mengobservasi muridnya. Pengalaman bertemu dengan kepala sekolah yang bukan seperti kepala sekolah pada "umumnya" yang memeberikan izin penuh kepada kami membuat saya makin bersemangat dalam meng-observasi. Semua pengalaman yang saya dapatkan nantinya akan sangat berguna untuk masa depan saya pribadi. Untuk itu, saya akan berusaha untuk memaksimalkannya.

Roudhotul Abadiah (161301229)
Karena ini adalah pengalaman pertama buat saya, jadi saya cukup antusias. Sekolah yang menjadi sampel observasi kami sangat menarik karena sekolah tersebut sangat terbuka dengan kedatangan kami sehingga kami dapat melakukan segala proses observasi dengan mudah. Kegiatan observasi seperti ini membuat kita lebih berani dan peka terhadap lingkungan sekitar,  terkhusus para pelajar di Indonesia.

3.4 POSTER



DAFTAR PUSTAKA
Santrock, W. John.(2004). Psikologi Pendidikan Edisi Kedua. Jakarta: Prenadamedia Group.
Pervin, Cervone, dan John. (2010). Psikologi Kepribadian: Teori dan Penelitian, Edisi Kesembilan. Jakarta : Kencana.
Santrock, W.John. (2012). Life-Span Development : Perkembangan Masa Hidup, Edisi Ketigabelas,  Jilid 1. Jakarta : Erlangga.

Template by:

Free Blog Templates